Senin pagi 9 Desember 2024 di Masjid Al Ukhuwah Makassar ada kajian rutin oleh Ust. dr. Faizal. Beliau membahas tentang tiga jalan keselamatan yaitu jaga lisanmu, tetaplah (merasa lapang) di rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu. Ini diambil dari Hadist Riwayat Tirmidzi no. 2406 yang diriwayatkan oleh Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu Tulisan ini mencoba mengulas jalan keselamatan pertama yaitu menjaga lisan.
Lisan akan menjadi jalan keselamatan jika dapat dijaga. Caranya “berkata baik atau diam”, kata Rasulullah. Perkataan yang baik menurut KH. Abdullah Gymnastiar yaitu dzikrullah yang membuat ingat kepada Allah dan amar ma’ruf yang mengajak kepada perbuatan baik. Juga nahi munkar atau mencegah pada keburukan dan kejahatan. Bisa disingkat DAN (Dzikrullah, Amar ma’ruf, Nahi munkar).
Lebih lanjut KH. Abdullah Gymnastiar menyebutkan ada tiga hal yang harus diperhatikan agar perkataan itu baik yaitu Niat, Isi dan Dampak (NIDa). Niat terkait dengan tujuan berbicara. Apakah untuk diri sendiri? Ingin pamer? Ingin disebut pintar dan hebat? Atau sekadar bicara basa basi tanpa tujuan. Atau memang ingin menyampaikan pesan kebaikan. Pastikan niatnya untuk kebaikan.
Setelah niatnya baik maka periksa isinya. Biasanya pembicaraan itu terdiri atas dua jenis yaitu ilmu dan berita. Pastikan isinya benar, akurat, lengkap (BAL). Jika ragu-ragu apalagi salah, lebih baik diam. Kalau tidak tahu, lebih baik katakan tidak tahu.
Setelah isinya benar, akurat dan lengkap maka periksa juga dampaknya. Perhatikan sebelum berbicara apakah ucapan ini berpahala atau berdosa. Apakah membahagiakan atau membuat sengsara. Apakah membuat semangat atau putus asa. Apakah menyenangkan atau menyakitkan hati. Apakah menguatkan atau memutus silaturrahmi. Apakah memperbaiki atau merusak.
Jika ketiga aspek: niat, isi dan dampak memenuhi syarat maka lisan akan menjadi jalan keselamatan. Silakan berbicara. Jangan diam. Sampaikanlah kebenaran walaupun pahit. Sampaikanlah kebaikan walaupun hawa nafsu tidak menyukai. Cegahlah kemungkaran sesuai kemampuan. Tentu saja tetap dengan cara yang baik. Jika tidak memenuhi, lebih baik diam. Ingat perintah Nabi “berkata baik atau diam”.
Jika dipaksakan tetap berbicara akan menjadi jalan keburukan. “Mulutmu harimaumu”, itu ungkapan yang sering kita dengar. Hati-hati, satu kata yang menyakitkan hati bisa menghancurkan persahabatan, hubungan keluarga dan relasi pekerjaan. Juga bisa menimbulkan permusuhan. Meskipun sudah ada perdamaian dan saling memaafkan rasa sakit di hati masih tersisa. Ibarat paku di dinding. Meskipun sudah dicabut tetap ada bekasnya.
Kata-kata kasar bisa juga muncul karena marah saat merespon kejadian yang tidak diinginkan. Ada aksi – reaksi. Biasanya sangat cepat dan seolah-olah muncul dari bawah sadar. Setelah kejadian baru muncul penyesalan. Cara mengatasinya juga menahan diri dengan cara diam. Jangan reaktif. Jangan langsung merespon sesuatu. Saat ada aksi jangan langsung bereaksi.
Menurut Arvan Pradiansyah, masuklah dalam “third room” atau “ruang ketiga” selama six seconds atau enam detik saja. Di dalam “ruang ketiga” itu diamlah selama enam detik saja. Itu akan berdampak luar biasa. Otak akan kembali jernih dan bertindak secara logis dan rasional. Enam detik pertama sangat menentukan. Jika langsung bereaksi bisa muncul kata-kata kasar yang melukai hati. Bahkan juga tindakan kasar yang melukai badan.
Semoga kita bisa meraih keselamatan karena mampu menjaga lisan dengan cara berkata baik atau diam. Kata baik karena mengingatkan kepada Allah, ajakan kebaikan dan mencegah keburukan. Kata baik karena niatnya untuk kebaikan. Kata baik karena isinya benar, akurat dan lengkap (BAL). Kata baik karena dampaknya positif, memberi manfaat dan perbaikan. Jika tidak bisa berkata baik, diamlah. Selamat mencoba.
–
Penulis:
Syamril, S.T., M.Pd, Rektor Kalla Institute