Tanggal 10 Oktober setiap tahun diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day. Melansir dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tema yang diusung di tahun 2023 ini ialah “Kesehatan mental adalah hak asasi manusia universal”.
Ada apa dengan kesehatan mental? Mengapa harus menjadi peringatan sedunia. Hal ini sangat relevan melihat kejadian di dunia termasuk Indonesia di mana gangguan kesehatan mental semakin tinggi seperti stress dan depresi. Penulis mencoba mengkaji apa yang bisa memicu gangguan kesehatan mental dan apa solusinya. Pemicunya saya singkat dalam kata MISAL yaitu masalah, insecure, stress, anxiety, lonely.
Setiap orang punya masalah. Ada yang sederhana, sedang, juga kompleks atau rumit. Respon terhadap masalah bisa ringan, sedang, berat dan sangat berat. Bisa jadi masalahnya ringan tapi direspon dan dirasakan berat. Atau juga masalahnya kompleks tapi dirasakan ringan. Respon atau rasa dari masalah bisa jadi berat dan sangat berat jika 4 hal berikut ini muncul yaitu insecure (tidak aman), stress, anxiety (cemas) dan lonely (sendirian).
Rasa tidak aman muncul karena berpikir berlebihan (over thinking) dari masalah yang dihadapi. Akibatnya muncul ketakutan dan rasa tidak aman (insecure). Dampak lanjut dari itu adalah muncul kecemasan (anxiety) yang berlebihan. Jika itu semua dihadapi secara sendirian (lonely) maka akan muncul stress dan depresi. Itulah yang memicu gangguan kesehatan mental dan perilaku yang melukai hingga bunuh diri.
Apa kuncinya agar masalah yang dihadapi tidak berdampak pada kesehatan mental? Ada lima kunci yang disingkat jadi kata TIDAR. Mengingatkan pada lembah Tidar tempat menggembleng fisik dan mental Akmil TNI. TIDAR singkatan dari terapi, ilmu, dukungan, adaptasi dan rehat.
Terapi dapat dilakukan secara psikologis dan spiritual. Ilmu psikologi telah mengembangkan banyak metode terapi. Metode konseling salah satunya. Perlu juga dikuatkan dengan terapi spiritual berbasis agama. Melalui tadabbur ayat Al Qur’an dan Hadist Nabi maka akan ditemukan dua kata kunci yaitu takdir dan tawakkal. Semua masalah yang menimpa adalah ketentuan atau takdir dari Allah. Manusia sebagai hamba, selain berusaha mengatasinya juga tawakkal kepada Allah.
Selanjutnya butuh ilmu dan inspirasi untuk mengatasi segala masalah dan gangguan. Ilmu bisa diperoleh dari para ahli di media sosial, online atau konsultasi. Bisa juga ilmu berupa inspirasi dari para orang-orang yang pernah mengalami hal yang sama dan dapat mengatasinya dengan baik. Ilmu dan inspirasi selain menambah pengetahuan, juga dapat mencerahkan dan menggerakkan. Harapannya tetap berpikir positif, sehingga perasaan juga positif dan tindakan juga positif dan solutif.
Setelah terapi dan ilmu maka butuh dukungan dan dorongan dari lingkungan terdekat khususnya keluarga. Jika ada problem dalam relasi dengan keluarga maka teman sekolah, kuliah dan kerja bisa jadi pendukung dan pendorong. Dukungan dan dorongan yang diberikan meyakinkan bahwa dia tidak sendirian. Ada orang lain yang siap membantu dan jadi sandaran.
Secara agamis juga butuh sandaran ilahiyah melalui do’a dan dzikir kepada Allah. Harapannya terasa ketenangan hati dan jiwa karena merasakan kehadiran Allah dalam masalah yang dihadapinya. Dalam menghadapi masalah yang besar ada Allah yang Maha Besar.
Kata kunci berikutnya yaitu adaptasi atau menyesuaikan diri. Langkah awal yaitu aware atau sadar kondisi. Berbekal ilmu dan inspirasi dapat melakukan adaptasi secara personal dan sosial melalui perubahan perilaku yang berdampak positif. Harapannya tetap agile atau lincah ibarat peselancar yang bermain di atas ombak yang tinggi.
Kata kunci terakhir adalah relaks, rehat dan rekreasi. Harus disadari bahwa manusia juga bisa lelah secara fisik, pikiran, emosi dan mental. Untuk itu perlu rehat atau istirahat sejenak agar pikiran, emosi dan mental jadi relaks, juga fisik segar kembali. Salah satu caranya rekreasi bersama keluarga, teman atau sendirian.
Semoga melalui Hari Kesehatan Mental Sedunia ini kita semua dapat menjaga diri tetap sehat fisik, sosial, intelektual, spiritual dan mental. Jika ada masalah hindari rasa tidak aman (insecure), jangan stress, jangan cemas (anxiety) berlebihan, dan jangan merasa sendirian (lonely). Lakukan terapi, tambah ilmu dan inspirasi, cari dukungan dan dorongan, lakukan adaptasi dan jalani hidup dengan relaks melalui rehat dan rekreasi. Selamat mencoba.
–
Penulis:
Syamril, S.T., M.Pd., Rektor Kalla Institute