“The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing.”
― Albert Einstein
Setiap orang punya rasa penasaran yang sebenarnya sudah kita bawa sejak kita masih kecil. Kita seringkali melihat bayi penasaran akan sesuatu yang baru pertama kali mereka lihat, sentuh atau dengar. Bayi menunjukkan rasa penasarannya dengan menyentuh, menggigit dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya untuk mencari tahu tentang sesuatu yang baru mereka temui itu. Anak kecil yang sudah bisa berbicara akan menunjukkan rasa penasarannya dengan bertanya terus menerus kepada orang dewasa yang mereka anggap punya pengetahuan yang lebih banyak daripada mereka.
Lalu, bagaimana dengan orang dewasa? Bagaimana cara mereka menyalurkan rasa penasarannya? Tidak jauh berbeda dengan bayi dan anak kecil. Sebagai contoh, ketika kita menemui sebuah makanan baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya, hal pertama yang akan kita lakukan adalah mengamati makanan tersebut, lalu kita mulai menyentuhnya dan mendekatkannya ke hidung kita untuk mencium baunya. Ketika sudah merasa aman dengan bau yang tidak aneh-aneh, maka kita akan memasukkannya ke dalam mulut kita dan mulai mengunyahnya. Ya, kita mengkonfirmasi hal baru yang kita temui itu dengan panca indra kita terlebih dahulu.
Ketika kita menerima sebuah informasi baru yang membuat rasa penasaran kita terpancing, kita sebagai orang dewasa akan cenderung memikirkan informasi tersebut dan ketika pikiran kita sudah mentok, maka kita mulai akan mencari informasi-informasi tambahan dari berbagai sumber yang kita miliki. Biasanya kita mulai membuka Google untuk mencari tahu lebih lanjut tentang informasi tersebut.
Namun, entah kenapa, sebagai orang dewasa rasa penasaran kita cenderung semakin menurun. Entah, apakah ini karena kita merasa kita sudah mengetahui banyak hal, atau mungkin kita sudah punya terlalu banyak distraksi untuk mulai mencari tahu hal-hal baru lagi. Sepulang kerja, kita sudah merasa terlalu lelah sehingga lebih banyak mulai mencari hiburan dibandingkan membaca buku-buku lagi, belum lagi deadline pekerjaan yang sudah mepet membuat kita akhirnya hanya fokus pada pekerjaan tersebut sehingga kita jadi lupa bagaimana rasanya belajar hal-hal baru lagi.
Seperti yang dikatakan Einstein di kutipan di awal tulisan ini, kita tidak boleh berhenti ‘bertanya’ atas sesuatu, kita tidak boleh berhenti penasaran. Rasa penasaran ini berperan sangat penting dalam pengembangan diri seseorang. Di era digital saat ini, perubahan terjadi sangat cepat, manusia dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang cepat tersebut. Salah satu cara agar kita mampu beradaptasi dengan cepatnya perubahan tersebut adalah dengan terus belajar. Belajar yang baik sangat ditunjang oleh rasa ingin tahu ataupun rasa penasaran kita. Belajar tanpa rasa ingin tahu yang lebih dalam hanya akan membawa kita melalui sebuah pelajaran tanpa mendapatkan nilai lebih. Misalnya ketika kita memutuskan untuk membaca buku namun tanpa disertai adanya rasa penasaran, maka biasanya kita hanya akan membaca buku tersebut sambil lalu tanpa bisa mengingat lebih banyak hal yang terkait dengan isi buku tersebut.
Namun, apabila kita membaca sebuah buku dengan rasa ingin tahu yang lebih besar, maka kita akan bisa menghubungkan buku itu dengan hal-hal lain yang terkait dan bahkan kita mulai mencari buku-buku lain yang menunjang rasa ingin tahu kita tentang hal-hal yang belum kita dapatkan dari buku tersebut. Dengan adanya rasa penasaran kita akan lebih bisa menghabiskan sebuah buku, karena biasanya membaca buku dengan terpaksa akan membuat kita merasa bosan dan bahkan tidak mampu menyelesaikan buku tersebut. Rasa penasaran tentunya juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita memahami isi buku yang kita baca.
So, don’t lose your curiosity.
_
Penulis:
Fitriyani, S.E., M.M., Dosen Manajemen Retail Kalla Institute