Kalla Institute

PENGALAMAN “DÉJÀ VU” DALAM KESEHARIAN

Teman-teman pernah mengunjungi tempat baru yang sebenarnya belum pernah dikunjungi sebelumnya, tapi kita merasa pernah berada di tempat tersebut atau telah mengalami situasi yang serupa sebelumnya? Atau saat berada di acara atau pertemuan sosial, kita mungkin merasa telah berbicara dengan orang-orang yang hadir atau mengalami percakapan yang sama sebelumnya, meskipun kita tahu bahwa ini adalah pertama kalinya bertemu? Atau ketika membaca buku atau menonton film, kita mungkin merasa telah membaca atau menonton hal yang sama sebelumnya, begitu juga peristiwa ataupun aktivitas harian seperti makan, berjalan, atau berbicara dengan orang lain, kita merasa telah melakukan aktivitas ini dengan cara yang sama sebelumnya? Atau kita merasa pernah mengalami sensasi tertentu, seperti bau, rasa, atau suara dalam situasi yang sama sebelumnya, padahal belum pernah? 

Kalau pernah, itu artinya teman-teman mengalami Déjà Vu. Ini adalah fenomena yang alami dan umum terjadi pada banyak orang. Déjà Vu adalah pengalaman psikologis yang sangat dikenal, di mana seseorang merasa bahwa mereka telah mengalami situasi yang sedang mereka alami pada waktu sebelumnya. Ini adalah pengalaman yang aneh karena seseorang merasa familiar dengan situasi tertentu, meskipun pada kenyataannya mereka tidak pernah mengalaminya sebelumnya. Déjà Vu sering dihubungkan dengan perasaan aneh dan sulit dijelaskan bahwa seseorang telah terlibat dalam peristiwa yang serupa dalam masa lalu. 

Meskipun penyebab pasti dari fenomena ini masih menjadi subjek penelitian dan diskusi, beberapa teori mulai menjelaskan terkait penyebab kondisi ini, diantaranya:

  1. Gangguan dalam Pengolahan Informasi Otak: Salah satu teori yang umum adalah bahwa terjadinya déjà vu berkaitan dengan gangguan dalam cara otak memproses informasi. Ini bisa terjadi ketika ada keterlambatan dalam pengolahan informasi sensorik oleh otak, menyebabkan seseorang merasa bahwa pengalaman tersebut sudah terjadi sebelumnya.
  2. Interferensi Ingatan: Déjà vu juga dapat muncul karena adanya interferensi dalam ingatan. Jika suatu situasi atau lingkungan memicu ingatan yang mirip dengan pengalaman masa lalu, tetapi ingatan itu sendiri tidak dapat diakses secara jelas, hal ini dapat menciptakan perasaan bahwa situasi saat ini sudah pernah dialami.
  3. Pola dan Kesamaan: Otak memiliki kecenderungan untuk mengenali dan mengaitkan pola-pola dalam pengalaman sehari-hari. Jika suatu pengalaman saat ini memiliki kesamaan dengan pengalaman masa lalu, otak mungkin “mengenali” situasi tersebut dan menciptakan ilusi bahwa itu adalah déjà vu.
  4. Aktivitas Otak Tidak Biasa: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas otak yang tidak biasa, seperti gangguan sementara dalam fungsi otak atau hiperaktivitas neuron di daerah tertentu, dapat terkait dengan pengalaman déjà vu.
  5. Sistem Pengenalan Pola Otak: Teori lain menyatakan bahwa déjà vu mungkin terjadi ketika otak kita secara keliru mengenali situasi atau lingkungan saat ini sebagai pengalaman yang sudah ada dalam ingatan jangka pendek.
  6. Teori Neurologis: Beberapa penelitian menghubungkan déjà vu dengan aktivitas yang terjadi di hipokampus, daerah otak yang terlibat dalam pembentukan dan pengambilan ingatan.
  7. Stres dan Kelelahan: Beberapa studi telah menemukan korelasi antara tingkat stres yang tinggi atau kelelahan dengan pengalaman déjà vu. Kondisi ini dapat mempengaruhi bagaimana otak memproses informasi dan merespon rangsangan.

Perlu diingat bahwa fenomena déjà vu masih merupakan area penelitian yang aktif, dan sementara beberapa teori telah diajukan, belum ada konsensus yang kuat tentang penyebab pasti dari pengalaman ini. Kombinasi faktor-faktor di atas mungkin berkontribusi terhadap terjadinya déjà vu pada seseorang.

 

_

Penulis:

Abdi Winarni Wahid, S.Psi.,M.Psi., Kepala Bagian CDC Kalla Institute

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: