Sejak SMP, kuliah di Jogja atau kembali ke Makassar, saya suka menjajaki naik pete-pete/bus trans. Dari zaman harus ke terminal, beli tiket, sampai manajemen yang rapi dan profesional saat ini.
Perjalanan saya bukan juga dibilang jalur dekat. Seringnya ujung ke ujung, misalnya Antang-Gubernuran, atau Antang-Sentral. Semua itu ditempuh minimal 1 jam.
Naik gojek atau grab mungkin lebih cepet, kisaran 20 menit. Lantas kenapa orang tetep ingin naik pete-pete?
Pertanyaannya jadi begini…
Dengan waktu tempuh 2 kali lipat lebih lama, apa ADDED VALUE yang ditawarkan pete-pete?, bagi saya ada 2 ini:
- Untuk sekarang, jelas HARGA. Sebagian besar orang memilih pete-pete karena lebih murah.
- ME TIME. Alasan ini mungkin cuma pas buat saya dan beberapa orang. Bagi pribadi introvert seperti saya, naik pete-pete itu ‘me time’, dimana bisa merenung sendiri, baca buku sendiri, nonton sendiri, tanpa gangguan.
Poin-poin di atas kita kenal dengan istilah ADDED VALUE (Nilai Tambah).
Bisnis itu tidak harus sempurna, dan tidak ada yang sempurna. Mungkin restoran kita menunya tidak seenak resto sebelah, variannya tidak sebanyak resto di seberang. Bagaimana agar tetap menang?
Sebagai Pemimpin perlu cermat menganalisis dan memutuskan strategi. Jangan melawan kekuatan lawan dengan kelemahan kita.
Ingat kisah David (Daud) VS Goliath. David tidak berusaha menyaingi kekuatan fisik Goliath. Mau diapakan juga jelas tidak sebanding. Maka David melawan dengan kecepatan dan serangan jarak jauh melalui kemampuannya bergerak cepat dan melontar pake ketapel, yang memang sudah menjadi keahliannya sejak lama. Bahkan dalam kisahnya, David menolak saat ditawarkan baju Zirah oleh Raja Saul. Sebab, “Akan membebani pergerakanku.”
Kecepatan jelas adalah kelemahan pete-pete dan kekuatan gojek. Mau dilawan bagaimana pun tidak akan bisa menang. Pete-pete memainkan added value lain.
Tanpa menu lebih enak dan beragam, added value apa yang bisa diberikan dan lebih daripada resto depan, juga resto sebelah? bisa kuatkan pelayanan, keramahan nuansa rumah, atau malah menu aneh sensasional yang bikin orang pengen memviralkannya.
Tidak perlu khawatir jika tidak sempurna. Asalkan added value kita jelas, dan memang dibutuhkan oleh pasar. Tentu pastikan, adanya added value itu, juga good for business, dalam arti lain, memang mendatangkan keuntungan finansial yang jelas. Namun perlu juga dipikirkan bagaimana supaya added value itu juga menjadi ladang amal untuk berbuat yang terbaik.
_
Penulis:
Andi Tenri Pada, S.E., M.Sc., Dosen Kewirausahaan Kalla Institute