Kalla Institute

CHILDFREE DI BUDAYA TIMUR

Karunia seorang wanita adalah dengan memiliki tiga fase yang menjadi kodratnya, yaitu menstruasi, melahirkan dan menyusui, bahkan beberapa wanita akan tampak menjadi wonder woman dengan beberapa aktivitas tambahan terutama dengan ibu rumah tangga yang memiliki karier yang sangat cemerlang.

Indonesia yang masih sangat kental dengan budaya timur dan keanekaragaman budaya yang masih memegang teguh tata karma dan adat, terkhusus pada daerah tempat tinggalku , suku Bugis yang 70% adat dan budaya masih menjadi ukuran bagi masyarakatnya. Beberapa waktu lalu masyarakat ditampilkan dengan wacana terkait childfree oleh salah satu selebgram Indonesia, tentu saja didaerahku ini menjadi pro dan kontra. Pada dasarnya kita menunaikan salah satu ibadah yaitu pernikahan untuk memperoleh keturunan bukan hanya menjalankan ibadah terpanjang.

Childfree lebih banyak diartikan iyalah memutuskan untuk tidak focus untuk memperoleh keturunan setelah pernikahan.  Ini menjadi perdebatan dikalangan masyarakat terkait fenomena ini dimana masyarakat bahkan keluarga suku Bugis masih menganggap bahwa hal ini bukan hal yang baik. Melihat dari sisi pandang yang seakan menolak untuk memiliki keturunan, dilain pihak bahwa memang ada beberapa wanita yang belum memiliki keberuntungan untuk memiliki keturunan. Pada daerah Bugis memiliki keturunan adalah sebuah pengukur keberhasilan dari sebuah pernikahan, pernyataan ini kadang muncul tanpa memperhatikan konsep kesehatan mental seorang ibu atau kesadaran dalam perlunya sebuah kebutuhan batin dalam rumah tangga, mungkin bagi suku Bugis ketika wanita lebih mementingkan kepuasan untuk kebutuhan batin suami istri dibandingkan kepuasan dalam menjalankan dan mengurus keturunan yang dianggap oleh masyarakat di sekitar kita itu adalah hal biasa dan wajib bagi seorang ibu. 

Dr. Ellen Walker salah satu peneliti di Inggris pernah melakukan riset  mengapa banyak yang memutuskan untuk childfree dikarenakan pasangan tanpa anak lebih bahagia dalam hubungan atau pasangan mereka, hasil riset juga menunjukkan wanita yang memiliki anak kurang puas dengan hubungan atau pasangan.

Mungkin dizaman modern makin banyak masayarakat kita untuk lebih berfikir realistis dan focus terhadap diri sendiri  atau bahkan dikatakan egois, childfree adalah salah satu bentuk perkembangan dizaman sekarang dimana sebenarnya bukan hanya dari segi kemampuan mereka merawat anaknya melainkan dari segi kemampuan finansial dari orang itu sendiri. keuntungannya mungkin beban pengeluaran berkurang, kita akan lebih mudah melakukan hal yang menjadi impian kita, dan kesehatan mental kita tidak akan terlalu terbebani, dari sisi negatifnya kita tidak akan memiliki orang yang akan merawat kita di hari tua. untung rugi juga mungkin sudah jadi pertimbangan. Fenomena childfree ini menurut saya sudah menjadi hal baru dalam perkembangan di zaman kita walaupun masih kontroversial karena melanggar normal sosial masyarakat , tapi ini merupakan pilihan untuk individunya dalam menemukan kebahagiaan. Saya beranggapan ini mungkin hal yang akan diterima di masyarakat nantinya, namun bila ditanya bagaimana dengan saya sendiri? jawaban saya “Saya tidak menerapkan konsep childfree”  untuk keturunan saya tetap mengusahakan dan menjadi proritas dengan izin Yang Maha Kuasa.

 

_

Penulis:

A. Fasrianah, S.Pd., Staf SPMI

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: