Kalla Institute

AUGMENTED REALITY

Modern ini, telah banyak inovasi yang telah dilakukan untuk memudahkan manusia. Hal ini tentu saja tidak lain dan tidak bukan untuk membantu manusia dalam memudahkan setiap aktivitasnya. Salah satunya berada pada segmen pendidikan yang mana dulunya ketika kita ingin mempelajari suatu ilmu kita harus memiliki guru atau tenaga pengajar agar dapat memahaminya. Terlebih pada ilmu yang membutuhkan praktek dalam pendalamannya, kehadiran tenaga pengajar (guru, mentor, dosen, etc.) sangatlah krusial dalam proses pemahamannya karena tenaga pengajar dapat memberi kita pemahaman secara detail akan ilmu tersebut. Namun, sebagai manusia yang tidak pernah berhenti berpikir, masalah–masalah ini dapat teratasi atau dapat diminimalisir dengan kehadiran teknologi yang memudahkan pekerjaan kita. Salah satunya adalah teknologi augmented reality yang mana sudah lama hadir di tengah–tengah kita sebagai penunjang berbagai macam aktivitas termasuk dalam pembelajaran.

Secara garis besar, Augmented Reality dapat dikategorikan kedalam image processing yang mana menggabungkan konten digital kedalam persepsi dunia nyata secara real – time. Augmented Reality (selanjutnya disebut AR) didefinisikan sebagai sebuah implementasi tiga fitur dasar kedalam sebuah sistem:  kombinasi dunia nyata dan maya, interaksi waktu nyata, dan registrasi objek 2d/3d yang akurat. Tidak seperti saudaranya Virtual Reality, AR hanya menambahkan objek 3d/2d kedalam dunia nyata yang dampaknya akan membantu persepsi dan interaksi kita dengan dunia nyata. Dalam interaksinya sendiri, baik Augmented maupun Virtual Reality masih membutuhkan perangkat yang membantu kita dalam berinteraksi dengan benda. 

Secara spesifik, augmented reality terbagi kedalam beberapa kategori yaitu Marker based Augmented Reality, Markerless Augmented Reality, Projection Based Augmented Reality, dan Superimposition Based Augmented Reality. Marker based Augmented Reality memerlukan objek visual khusus dan kamera untuk memindainya. Objek visual dapat berupa QR Code, simbol khusus hingga gambar general yang biasa kita lihat sehari–hari. Dengan begitu perangkat AR dapat menghitung posisi dan orientasi marker sehingga dapat memposisikan konten digital agar dapat dilihat oleh pengguna. Markerless Augmented Reality menggunakan teknologi GPS (Global Positioning Satelite), pengukur kecepatan, kompas digital dan accelerometer yang tertanam dalam perangkat untuk menyediakan data berdasarkan lokasi. Projection based Augmented Reality bekerja dengan cara memproyeksikan cahaya buatan ke permukaan nyata (real) atau bisa kita sebut hologram. AR ini dapat mendeteksi interaksi antara penggunanya. Superimposition based Augmented Reality mampu mengganti tampilan asli (masking) dengan augmented baik full maupun sebagian. Pada jenis ini, object recognition memainkan peran penting.

 

Penulis:

Achmad Zulfajri Syahruddin, S.ST., M.T., Dosen Sistem Informasi dan Teknologi Kalla Institute 

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: