Kalla Institute

PUKAT HARIMAU PTN

Ungkapan ini disampaikan oleh Prof. Dr. Thomas Suyatno, Ketua Umum ABPPTSI (Asosiasi Badan Pengelola Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) pada acara Pelantikan Pengurus ABPPTSI Sulsel Sabtu, 19 Agustus 2023 di Parepare. Beliau memaparkan tentang kondisi secara umum PTS di seluruh Indonesia yang pada tahun ini kekurangan mahasiwa baru.

Mengapa terjadi? Menurut Prof. Dr.  Thomas, ini terjadi karena Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menggunakan “pukat harimau” dalam menjaring mahasiswa baru. Selain melalui seleksi bersama jalur UTBK juga ada jalur mandiri dengan berbagai macam variasi. Ada kelas internasional sampai jalur mandiri beberapa gelombang. Jadilah PTS hanya kebagian sedikit mahasiswa baru karena sudah diambil banyak oleh PTN.

Kondisi ini mulai terasa sejak 2 tahun terakhir. PTN dituntut untuk mencari dana yang lebih besar dari masyarakat khususnya yang berstatus PTNBH dan PTNBLU. Apa karena subsidi negara yang semakin berkurang? Atau memang tuntutan program yang semakin banyak untuk menuju world class university yang membutuhkan dana besar? Mungkin keduanya jadi alasan.

Sebenarnya sejak dulu PTN diharapkan tidak mengandalkan dana dari subsidi negara. Maka dimunculkanlah konsep enterpreunerial university. Harapannya PTN mendapatkan income bukan hanya dari SPP mahasiswa tapi juga dari hilirisasi kepakaran dan penelitian yang digunakan oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). PTN bisa menjadi konsultan DUDI atau menghasilkan penemuan yang menerima royalti.

Namun ternyata hal itu tidak mudah. Ibaratnya PTN sebagai lembaga bisnis dituntut masuk ke pasar baru yang selama ini berbeda dengan kompetensi intinya di service education. Bisa jadi secara kepakaran mumpuni. Namun kurang kemampuan memasarkan kepakaran kepada DUDI. Atau bisa juga kebutuhan DUDI terkait kepakaran tersebut tidak besar sehingga persaingan ketat dan hanya PTN unggul tertentu yang bisa mendapatkannya.

Solusinya kembali ke pasar lama yaitu lulusan SMA/MA/SMK yang ingin lanjut kuliah. Bersaing dengan PTS tentu lebih mudah. Sebagian besar masyarakat  masih memilih PTN karena biaya relatif murah dan kualitas lebih baik. Tinggal tambah kapasitas mahasiswa baru. Buka jalur mandiri yang lebih banyak. Maka terjadilah seperti sekarang. Jumlah mahasiswa baru PTN naik berlipat. PTS turun drastis.

Bagi mahasiswa baru hal ini tentu saja menguntungkan karena masuk perguruan tinggi negeri yang akreditasi unggul dengan biaya yang relatif rendah. Asalkan penambahan kapasitas mahasiswa baru di PTN disertai dengan peningkatan jumlah dosen, sarana prasarana, dan sumber daya pendukung lainnya. Jangan sampai kapasitas bertambah tapi sumber daya manusia dan non manusia tidak bisa melayani dengan baik . Dampaknya kualitas pembelajaran akan tidak optimal. Lulusan pun tidak sesuai harapan karena proses pembelajaran tidak sesuai standar.

Bagi PTS yang belum bisa bersaing dengan PTN, kondisi ini tentu saja merugikan. Berkurangnya mahasiswa baru berdampak pada turunnya pemasukan keuangan. PTS yang sebagian besar kebutuhannya bukan didanai oleh negara terancam gulung tikar karena besar pasak daripada tiang. Pemasukan berkurang, pengeluaran relatif tetap. Tinggal menunggu waktu, PTS yang selama ini dalam kategori bertahan akan segera bertumbangan.

Kondisi ini bisa juga menjadi pemacu bagi PTS untuk meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan PTN dalam meraih mahasiswa baru. PTS tidak bisa lagi dikelola asal-asalan dan asal jalan. Tapi harus dengan tata kelola yang baik dan taat asas. Seluruh standar nasional pada Tridharma pendidikan  dijalankan dengan baik. PTS tidak bisa lagi santai saja menunggu alumni SMA/SMK/MA yang tidak lulus PTN. Tapi sejak awal sebelum PTN buka pendaftaran, sudah melakukan promosi dan mencari calon mahasiswa baru.

Pada akhirnya Pemerintah sebagai regulator harus melihat kondisi ini dengan adil dan cermat. Apakah hal ini secara jangka panjang akan mematikan atau menguatkan PTS secara umum? Apakah secara jangka panjang hal ini berdampak positif kepada peningkatan kualitas SDM dan daya saing bangsa? Perlu dilakukan diskusi yang mendalam dengan para pakar dan penggiat pendidikan tinggi. Semoga ada solusi yang lebih baik untuk semua.

 

Penulis:

Syamril, S.T., M.Pd., Rektor Kalla Institute

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: