Universitas Muhammadiyah Makassar menggelar promosi Doktor atas nama Zainal Muttaqin dengan disertasi berjudul: Optimalisasi Peran Tongkonan dalam Penguatan Kerukunan Umat Beragama: Perspektif Pendidikan Islam di Tana Toraja, di Aula Fakultas Kedokteran Lt. 1 Universitas Muhammadiyah Makassar, pada Senin, 14/8/2023.
Promosi tersebut dihadiri oleh para Penguji Doktor, keluarga besar dan kolega promovendus, Zaenal Muttaqin, serta sivitas akademica PPS Unismuh.
Sidang promosi Doktor tersebut dipimpin oleh Prof Dr H Ambo Asse MAg, yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
Hadir di tengah – tengah sudang promosi yang sedang berlangsung, Prof Dr Sukardi Weda, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Kalla atau Kalla Institute, yang juga Guru Besar Bahasa Inggris Universitas Negeri Makassar (UNM).
Dalam pemaparan disertasinya di depan para penguji dan undangan, HH Zaenal Muttaqin, yang juga Ketua MUI Tanah Toraja menjawab pertanyaan dan komentar para penguji dengan sangat baik dan meyakinkan.
Dalam disertasinya, Zainal Muttaqin menyimpulkan sebagai berikut:
1. Masyarakat Tana Toraja telah mengimplementasikan kerukunan umat beragama dan toleransi dalam makna mendalam yang tercermin dalam kearifan local.
Nilai-nilai kearifan dari budaya setempat mendeskripsikan sebuah korelasi yang erat antara Tongkonan dan Pendidikan Islam.
2. Bagi masyarakat Tana Toraja, hadirnya kerukunan dan toleransi di tengah mereka adalah berkat perhatian dan keseriusan mereka menjaga pesan leluhur dan kekukuhan menjaga eksistensi budaya nene moyang mereka. Pesan-pesan keluhuran untuk kerukunan dan toleransi terdapat dalam nilai-nilai yang telah mereka dapati seperti; siangga, sikamali, sipakaborok, sialamase. Kearifan lokal dalam pesan-pesan in menjadikan masyarakat Tana Toraja sangat mengerti ekesistensi mereka dalam membina kerukunan antar penganut agama dan interen umat beragama. Demikian pula halya dengan toleransi yang telah mereka jaga dan pupuk dalam kurun waktu cukup lama. Kerukunan dan toleransi telah menielma meniadi bagian terintegrasi dengan kehidupan dan semangat kerukunan dalam Tongkonan mereka. Pendidikan Islam secara formal dan non formal telah menjadi tulang punggung utama dalam menyebar isi pesan kerukunan dan toleransi kepada masyarakat Muslim Toraja. Komponen formal dalam pendidikan telah dikembangkan dalam misi moderasi beragama dan masyarakat berkemajuan melalui pendidikan non formal dengan kolaborasi antara nilai-nilai kearifan lokal pesan moderasi masyarakat berkemajuan.
Tongkonan bag masyarakat Tana Toraja sebagai wadah kekeluargaan memiliki peran strategis dalam menciptakan atmosfir beragama yang rukum dan toleran.
Kehadiran Tongkonan sebagai katalisator kerukunan dan toleransi telah menyumbang banyak untuk kelestarian pendidikan Islam. Telah terjadi penggambungan nilai-nilai antara pendidikan Islam dengan kearifan lokal yang
terinspirasi dari Tongkonan untuk menimbulkan kesadaran beragama yang rukun dan penuh toleransi bagi masyarakat Tana Toraja. Eksisnya Tongkonan dalam mengayomi masyarakat tak lepas dari kehadiran pendidikan Islam dalam member informasi yang sehat dan benar untuk iklim beragama yang kian meningkat. Pendidikan Islam telah mereduksi dengan baik potensi konflik dan ketegangan antar penganut agama yang biasa lahir dari faham radikal.
3. Hambatan utama dalam peneguhan kerukunan umat beragama di Tana Toraja berasal dari interen umat beragama pada masalah rebutan lahan Tongkonan sebagai lahan garapan, namun hal demikian itu telah dapat diantisipasi secara cepat dan cermat oleh pemuka adat melalui musyawarah antar petinggi adat yang biasa disebut sebagai to parenge. Keputusan musyawarah adat akan ditaati dan menjadi jalan tengah dalam mengantisipasi terjadinya ketegangan antar penganut agama dalam Tongkonan. Komunitas mat Islam Tana Toraja teelah memperlihatkan contoh yang baik dalam Tongkonan sehingga dapat ditemukan Tongkonan yang telah dikelolah oleh keluarga muslim dalam dua turunan.
Meniadi bukti bahwa mat Islam Tana Toraja telah mengambil posisi strategis dalam pembinaan kerukunan umat beragama dan tolerasi di Tongkonan mereka.
Setelah mempertahankan disertasinya di depan para penguji, maka KH Zainal Muttaqin, dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan, dan berhak menyandang gelar akademik tertinggi, yaitu Doktor (Dr) dalam bidang Antropologi Pendidikan, sebagaimana usul dari Promotornya. KH Zainal Muttaqin, kemudian dipanggil untuk pertama kalinya sebagai doktor oleh Pimpinan Sidang Promosi Doktor, yang juga Rektor Unismuh, Prof Dr Ambo Asse MAg, maka lengkapkah nama KH Zainal Muttaqin menjadi Dr KH Zainal Muttaqin.
Prof Dr Sukardi Weda, sangat berterima kasih bisa menghadiri undangan promosi tersebut, karena mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang Tongkonan, yang menjadi topik sentral yang dibahas oleh promovendus. Sukardi Weda berharap hasil penelitian disertasi ini dijadikan buku teks atau buku referensi sehingga dapat memperkaya khasanah keilmuan terutama di bidang Antropologi Pendidikan dan budaya.