Ada banyak rencana besar yang tidak terealisasikan ditahun lalu dan bagi saya pribadi bahkan cobaan datang silih berganti. Terkadang atau bahkan sering kita kecewa atas kegagalan yang kita temui dalam kehidupan dan melupakan bahwa kita memang tidak punya kuasa akan takdir. Kita lupa bahwa diri ini hanyalah hamba dan setiap yang ditakdirkan untuk kita telah diatur-Nya. Kerap kali kita berasusmsi bahwa usaha kita yang keras tidak akan dikhianati oleh hasil padahal itulah bentuk egoisnya dan sombongnya kita kepada Allah SWT yang jelas-jelas maha mengatur dan maha tahu segala yang terbaik untuk hidup kita juga yang menentukan keberhasilan rencana kita.
“What’s meant for you will reach you even if it’s beneath two mountains, and what’s not meant for you won’t reach you even if it’s between your two lips”
Kalimat diatas ditulis oleh seorang novelis Palestina, Etaf Rum, seringkali menjadi reminder kala dihadapkan pada situasi penuh pengharapan atas suatu hal. Jauh sebelum itu, ayat suci Allah SWT sepatutnya menjadi sandaran kita. Dalam surat Al Baqarah, Allah SWT berfirman;
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Sungguh sebuah nasihat penenang yang indah walau seringkali kita gagal paham akan pertolongan Allah. Tidak jarang kita bertanya “mengapa saya gagal padahal saya sudah tertatih dalam berusaha, mengapa saya gagal padahal saya telah mengamalkan perintah Allah dan menjauhi laranganNya” juga pertanyaan-pertanyaan tanpa syukur lainnya, tanpa terpikirkan bahwa ada hal buruk yang akan terjadi jika kita berhasil mendapatkan apa yang kita dambakan itu, maka Allah lindungi kita dan menolong kita dari sesuatu yang lebih buruk yang akan terjadi.
Ternayata kita pun seringkali lupa berbaik sangka, mungkin Allah ingin kita berlama-lama dalam berdoa memohon kepadaNya, Allah merindukan kita datang di sepertiga malamNya, karena ternyata kita datang hanya ketika sedang ada hajat saja. Ternyata kita begitu transaksional kepada Allah, dzat yang menciptakan kita.
Merenungkan kembali kegagalan yang terjadi yang berbuah nikmat luar biasa ternyata tidak terhitung pertolongan yang Allah berikan kepada hambanya.
_
Penulis:
A. Nurul Suci Amalia, S.E., MBA., Dosen Kewirausahaan Kalla Institute