Kalla Institute

Seringkali kita sebagai manusia mengkhawatirkan penilaian manusia lain terhadap kita. Hal inilah yang akhirnya akan menghambat kita dalam berkembang. Perasaan takut akan apa yang orang-orang pikirkan tentang kita, akhirnya membuat kita menahan diri untuk melakukan banyak hal. Penilaian orang lain juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri kita. Kadangkala, karena takut dinilai buruk, kita malu untuk menjadi diri sendiri. Imbasnya, tidak sedikit dari kita yang memasang topeng dan berpura-pura menjadi orang lain. Saya yakin kita semua sadar bahwa pola ini tidak sehat. Tetapi, terkadang, kita tidak dapat membendungnya.

Sebagai orang yang peduli terhadap penilaian orang lain, kita tidak dapat begitu saja mengubah setelan otak menjadi acuh tak acuh. Walaupun begitu, kita dapat melatih dan membiasakan diri untuk tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Untuk itu, kita perlu tahu apa itu penilaian dan bagaimana konsepnya. Menurut Julia Kristina, seorang terapis klinis, ada dua poin penting yang perlu diketahui mengenai penilaian. Pertama, ketika orang menilai kita, penilaian tersebut sebenarnya bukan tentang kita melainkan tentang bagian dari diri mereka yang tidak dapat mereka terima, hal-hal yang membuat mereka merasa insecure, hal-hal yang tidak mereka sukai dari diri mereka yang berusaha mereka sembunyikan tetapi secara tidak sadar keluar melalui penilaian mereka terhadap orang lain. Jadi, penilaian seseorang terhadap kita sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kita. Penilaian seseorang terhadap kita adalah penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri yang diproyeksikan kepada kita.

Poin kedua, seringkali, kita berpikir bahwa kita takut akan penilaian orang lain terhadap kita, kita takut akan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, Padahal, sebenarnya, bukan itu yang kita takuti. Kita takut akan cara kita memaknai penilaian tersebut. Jadi, penilaian yang kita takuti dari orang lain sebenarnya tidak ada hubungannya dengan mereka. Ketakutan tersebut lebih erat kaitannya dengan hal-hal yang menjadi gejolak dalam diri kita, hal-hal yang kita anggap sebagai kekurangan, hal-hal yang membuat kita merasa insecure. Ada beberapa hal atau bagian dari diri kita yang kita takutkan akan dinilai oleh orang lain. Kita merasa orang akan beropini atau menilai hal-hal ini atau bagian-bagian ini. Itulah yang membuat kita takut. Lalu, ada bagian lain dari diri kita yang tidak kita pedulikan dalam hal penilaian orang lain. Kita bahkan tidak berpikir bahwa orang lain bisa beropini atau menilai bagian ini karena kita tidak menganggapnya sebagai masalah. Kita merasa secure akan bagian ini sehingga kita tidak mengira orang lain bisa berpendapat lain. Jadi, penilaian yang kita takuti dari orang lain adalah mengenai hal-hal yang sedang menjadi pergumulan dalam diri kita sendiri. Yang kita kira sebagai penilaian orang lain, sebenarnya adalah ide kita mengenai diri kita sendiri, cara kita melihat diri kita sendiri, konsep yang kita miliki mengenai diri kita sendiri. Mudahnya, ketika kita melihat diri kita sebagai orang yang cerdas, berwibawa, karismatik, berpenampilan menarik, kita tidak akan mengkhawatirkan penilaian orang lain mengenai hal-hal tersebut. Tetapi, ketika kita merasa tidak cukup pintar, tidak cukup menarik, tidak cukup baik, kita akan merasa takut akan penilaian orang lain.

Dari pemaparan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa penilaian orang lain adalah rasa takut yang kita rasakan akibat penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri yang kita maknai sebagai penilaian terhadap kita dikarenakan cara kita melihat diri sendiri. Penilaian tidak ada hubungannya dengan orang lain, hubungannya adalah dengan diri kita sendiri. Jadi, untuk menghadapi rasa takut akan penilaian, kita harus memperbaiki hubungan dengan diri sendiri, mengubah cara kita melihat diri sendiri, berusaha memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan menerima apa yang tidak bisa diperbaiki, membersihkan masalah-masalah internal sehingga hal-hal yang kita khawatirkan akan dinilai oleh orang lain tidak akan mengganggu kita lagi. Yang perlu diingat adalah kita tidak perlu mencoba menjadi sempurna. Pemikiran bahwa menjadi sempurna berarti tidak akan dinilai oleh orang lain itu tidak benar. Dengan mencoba menjadi sempurna berarti kita akan terus-menerus merasa khawatir akan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita, sementara kita tahu bahwa opini mereka sebenarnya bukan tentang kita melainkan tentang mereka sendiri.

Referensi

https://youtu.be/HNFNO8JRtpE

 

_

Penulis:

Mirandha Ariesca Riana, S.E., M.M., Dosen Manajemen Retail Kalla Institute

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: