Kalla Institute

DYSTOPIA: BUDAYA INOVASI VS BUDAYA PERUSAHAAN II

Ketika kita ingin membangun budaya inovasi di perusahaan, maka perlu mempertimbangkan dahulu seberapa budaya perusahaan yang sudah terbentuk akan mendukung atau justru menghalangi terbangunnya budaya inovasi tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada empat tipe budaya dalam sebuah perusahaan dan perlu bagi kita untuk mengidentifikasi budaya mana yang dominan telah existing dalam perusahaan tersebut. Lantas, kapan kondisi Dystopia dapat terjadi? Dalam dunia suatu keadaan yang dimana masyarakat memberikan kesan menakutkan dan tidak endambakan adanya keadaan tersebut digolongkan dalam kondisi dystopia, berbicara perihal Budaya Inovasi vs Budaya Perusahaan, kondisi dystopia bisa saja terjadi jika budaya perusahaan masih cenderung mendominasi dan bersifat hierarki sehingga mengakibatkan budaya inovasi sulit untuk dikembangkan.  

Budaya perusahaan yang bersifat hierarki akan berfokus pada peraturan, larangan, sanksi dan segala hal terkesan mengikat bagi karyawan, kondisi seperti ini cenderung akan menghambat berkembangnya budaya inovasi karena terdapat batas wewenang yang sejatinya tidak sembarangan untuk dilangkahi, olehnya bagi karyawan yang ingin mengexplore lebih jauh dan mengembangkan budaya inovasi dalam perusahaan cenderung akan terhambat. 

Selain itu, terdapat pula beberapa factor yang dianggap menghambat berkembangnya budaya inovasi dalam perusahaan berdasarkan hasil kajian dari Coorporate Innovation Consultant ditemukan bahwa peran para leader dalam membangun budaya inovasi menjadi cukup vital, terdapat dua pilar yang harus dijaga dan dipelihara oleh para leader yakni leadership support & innovation practice. Seperti yang dilansir dalam laman Coorporate Innovation Consultant telah dipaparkan bahwa dukungan para pimpinan perusahaan bukan hanya sekedar memberikan dukungan moral atau encouragement bagi karyawan namun dengan memaksimalkan alokasi sumber daya maka diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk support mereka dalam mengembangkan budaya inovasi. Alokasi sumber daya yang dimaksud dalam hal ini adalah budget, manpower dan waktu. Pimpinan diharapkan dapat memberikan support dalam ranah budgeting agar para karyawan tidak lagi berdarah-darah dalam mencari dana untuk mengembangkan budaya inovasi, selain itu bentuk support seperti manpower ataupun waktu tentunya juga sangat dibutuhkan. 

Bukan hanya dalam memberikan support tetapi para leader juga diharpakn memberikan ruang praktik inovasi bagi para karyawan. leader membuat ‘ruang’ untuk inovasi dalam agenda leadership mereka secara intensional dan terlihat. Beberapa bentuk dari ruang yang dimaksud diantaranya dengan memberikan karyawan training inovasi, seperti Design Thinking, atau bisa juga ada praktik atau proses inovasi baru yang diterapkan, seperti Agile Innovation (project value tinggi dengan waktu pengerjaan cepat) dan project lain yang bisa digunakan oleh karyawan untuk berlatih dan mengasah pertumbuhan budaya inovasi mereka. 

 

_

Penulis:

Mardiatul Jannah, S.Pd., MM., Dosen Kewirausahaan Kalla Institute

Share Berita:

Pengumuman:

Kalender Event:

Berita & Artikel: