Makassar, 21 April 2025 – Puluhan mahasiswa dari berbagai program studi tampak antusias menghadiri talkshow bertema “Trump Effect: Peluang atau Ancaman Untuk Industri di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kalla Institute, yang berlangsung pada pukul 14.00 WITA, bertempat di Auditorium Hadji Kalla, kampus Kalla Institute.
Saat ini presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan juga presiden China Xie Jin Ping saling adu kuat dengan memberikan tarif dagang ekspor impor yang bisa berdampak besar pada pasar global, akibat perang dagang ini banyak negara yang sudah ancang-ancang untuk menyelamatkan ekonominya dan mencari solusi baru untuk bertahan.
Acara ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi ekonomi yang memberikan pandangan tajam dan aktual tentang dinamika geopolitik dan ekonomi global yang tengah memanas. Muh. Taufan Gunawan, S.ST., M.M selaku dosen Kalla Institute mengatakan bahwa perang dagang ini tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang buruk saja, tapi kita harus jeli dan fokus bahwa masih ada kesempatan baru yang bisa kita buka.
“Saatnya para mahasiswa memanfaatkan peluang ini untuk segera menjalankan UMKM nya, manfaatkan momen ini untuk bisa merebut pasar baru, manfaatkan usia kalian yang masih muda ini untuk terjun langsung bersaing dan mendapatkan pengalaman dalam dunia bisnis secara nyata.” Bebernya.
Selaras dengan Taufan, Arfan Arif selaku owner Lavalust yang sudah lama berkecimpung didunia bisnis menjelaskan bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk kembali membangkitkan local heroes, kita harus kembali melirik dan membantu pemberdayaan UMKM.
“Indonesia tidak boleh hanya jadi penonton. Dalam setiap krisis global, selalu ada peluang untuk tampil sebagai pemain penting di kawasan,” ujar Arfan.
Sebagai kampus pencetak pebisnis muda, Kalla Institute sendiri sudah berhasil menelurkan lulusan yang sukses menjalankan bisnis mereka, mulai dari Nazma Grup bidang Retail, Es Sejuk.id Food & Beverage dan masih banyak lagi.
Ketua BEM Kalla Institute Cherry Arma Sary dari prodi Manajemen Retail menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian agenda edukatif yang bertujuan membuka wawasan mahasiswa agar lebih siap menghadapi realita dunia internasional.
“Kami ingin menciptakan ruang dialog yang kritis dan relevan, karena tantangan global seperti ini akan berdampak langsung atau tidak langsung ke masa depan kita sebagai generasi penerus bangsa,” ujarnya.
Diskusi berlangsung hangat, para mahasiswa banyak membahas dampak perang dagang dua negara adidaya tersebut terhadap kestabilan ekonomi Indonesia, peluang relokasi industri, hingga fluktuasi harga komoditas dan nilai tukar rupiah.
Talkshow ini ditutup dengan sesi refleksi dan pernyataan komitmen mahasiswa untuk terus mengikuti isu-isu global dan memperkuat peran generasi muda dalam advokasi ekonomi berkelanjutan.