Mulai 20 Oktober 2024 bangsa Indonesia memiliki Presiden dan Wakil Presiden baru untuk periode 2024 – 2029. Berlanjut pada tanggal 21 Oktober 2024 pelantikan Menteri, Wakil Menteri dan Pejabat selevel menteri. Besar harapan agar para pejabat baru bisa menjalankan tugas dengan baik. Tulisan ini mencoba mengulas apa saja ujian jabatan sebagai pengingat untuk diri sendiri dan bagi siapa saja yang diberi tugas sebagai pejabat.
Tantangan pertama seorang pejabat adalah menghadapi diri sendiri. Akan muncul rasa bangga yang berlebihan apalagi banyak ucapan selamat dan pujian. Tidak banyak orang yang menduduki posisi tersebut. Merasa istimewa karena ada fasilitas khusus, pelayanan prioritas, penghormatan dan lainnya.
Pejabat juga punya wewenang, kendali kekuasaan dan anggaran. Selama ini tanda tangan tidak menjadi keputusan penting. Sekarang bisa menentukan nasib orang lain, masa depan organisasi dan bangsa. Sebuah SK, titah, perintah sangat bertuah. Semua bawahan sigap menjalankan dan kurang peduli apakah itu tepat atau tidak, benar atau salah.
Kondisi ini sangat menggoda untuk terjebak dalam penyalahgunaan kekuasaan. Terjebak dalam konflik kepentingan. Seharusnya mendahulukan kepentingan rakyat. Karena godaan kekuasaan akhirnya mendahulukan kepentingan pribadi, keluarga dan kolega. Apalagi ada peluang untuk memperkaya diri di balik sebuah keputusan. Juga ada celah yang bisa disiasati.
Menghadapi itu semua caranya menggali ke dalam diri. Tanyakan apa intention, niat, motivasi dan tujuan jadi pemimpin atau pejabat. Hati-hati jika motivasi dan tujuannya untuk kepentingan pribadi dan status sosial. Akan mudah terjebak dalam penyimpangan dan penyalahgunaan. Peluang terbuka luas dan lebar. Ada niat dan kesempatan. Juga ada wewenang dan kekuasaan
Naikkan niat, motivasi dan tujuan kepada level kehormatan, pembuktian dan kontribusi. Menjadi pemimpin dan pejabat publik adalah kehormatan. Bukan dari status sosialnya saja tapi kehormatan karena diberi kesempatan berbuat untuk bangsa. Kehormatan untuk membuktikan kemampuan mengatasi masalah besar bangsa.
Kehormatan untuk berkontribusi yang terbaik demi kemajuan bangsa. Kehormatan karena diberi kesempatan meninggalkan legacy, warisan kebaikan, kenangan dan teladan untuk generasi sekarang dan masa datang. Jika ada pada level ini maka akan terjaga dari berbagai penyimpangan. Ada harga diri yang dijaga melalui prestasi dan kinerja. Ada motivasi menjadi yang terbaik melalui kontribusi. Bahagia karena memberi, bukan menerima.
Tentu akan lebih terjaga lagi jika niat, tujuan dan motivasinya pada level spiritual dan ibadah. Didasari kata demi Allah seperti ucapan umum pada sumpah jabatan. Kata demi Allah mengingatkan bahwa jabatan itu titipan dari Allah yang bersifat sementara. Titipan, amanah dan tugas yang akan dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat.
Jika ingin lulus pertanggungjawaban maka harus didasari iman takwa, profesional dan berintegritas. Iman takwa membuatnya berhati-hati karena yakin Allah Maha Mengawasi. Profesional membuatnya bekerja efektif, efisien, kreatif, inovatif, solutif untuk meraih keunggulan. Bekerja keras, cerdas, ikhlas, tuntas, mawas dan antusias.
Berintegritas membuatnya bekerja dengan jujur dan amanah, sejalan pikiran, perkataan dan perbuatan. Apa yang dijanjikan berusaha dijalankan. Membangun keterbukaan tak ada kebohongan, kepalsuan dan pencitraan. Membangun partisipasi melalui musyawarah, menampung aspirasi dan pikiran berbeda untuk mencari solusi dan jalan yang terbaik. Membangun teamwork dan sinergi demi aktif bersama membangun bangsa.
Selamat mengemban amanah kepada seluruh pemimpin dan pejabat baru negara. Harapan besar rakyat Indonesia ada di pundak Bapak/Ibu semua. Buatlah rakyat bahagia dan Anda pun juga bahagia karena banyak memberi bukan menerima. Bahagia karena berkontribusi untuk bangsa. Bahagia karena meraih pahala ibadah sosial dan amal jariah untuk dunia dan akhirat. Selamat bekerja. Semoga Allah senantiasa meridhai. Aamiin.
–
Penulis:
Syamril, S.T., M.Pd., Rektor Kalla Institute